Perlukah Memiliki Kartu Kredit?

Kartu kredit adalah barang awam bagi pengusaha atau pelaku bisnis, karena sifatnya yang selain sebagai alat bantu pembayaran, juga dipakai untuk verifikasi data pribadi di situs-situs payment gateway / online store, dll semisal PayPal, Amazon, eBay, dll. Saat ini terdapat beberapa issuer atau perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit, namun yang terkenal sebut saja Visa, Mastercard, China Unionpay, atau Dinners Club International. Perusahaan-perusahaan ini berlomba-lomba mendapatkan "nasabah" kartu kredit sebanyak-banyaknya.

Kartu kredit, divonis sebagian besar ulama, sebagai hal yang mengandung riba. Oleh karena itu, hukumnya adalah HARAM. Mengapa riba/haram? Karena dalam salah satu akad kartu kredit, disebutkan apabila nasabah kartu kredit menunggak pembayaran setelah lewat tanggal jatuh tempo, akan ada denda yang nilainya sekian persen dari sisa hutang yang belum dilunasi. Kelebihan inilah yang dinamakan riba. Kecuali kartu kredit yang tidak pake bunga atau tidak ada akad sedemikian (emang ada?? Ingat bahwa kartu kredit syariah adalah istilah salah kaprah).

Namun ada pula sebagian kecil ulama yang membolehkan penggunaannya dengan syarat-syarat tertentu. Semisal, Anda tidak boleh menunggak sama sekali. Begitu keluar billing statement (rincian tagihan, biasanya sebulan sekali), langsung bayar full. Sebagai contoh, berikut saya tunjukkan billing statement terakhir dari kartu kredit Mandiri yang saya pakai. Perlu diingat, bahwa saya tidak merekomendasikan Anda untuk memiliki kartu kredit, kecuali untuk keperluan usaha/bisnis! Jika Anda nekat dan menganggap bahwa credit card adalah sarana untuk gengsi, gaya-gayaan, dan ajang belanja konsumtif, resiko silakan ditanggung sendiri.

perlukah memiliki kartu kredit? billing statement Mandiri


Contoh, tanggal cetak rincian tagihan kartu kredit saya jatuh pada tanggal 19 setiap bulannya (dalam gambar 19 Mei 2013). Sedangkan tanggal jatuh tempo pembayaran, adalah tanggal 8 bulan berikutnya, atau selisih kira-kira 20 hari. Selama 20 hari tersebut, bila saya tidak melunasi total tagihan senilai Rp 965.146, maka saya akan dikenakan denda/bunga yang besarnya 2.95%. Terlihat dari billing statement pula, saya melakukan pembayaran senilai Rp 1.891.728 untuk tagihan bulan sebelumnya pada tanggal 8 Mei 2013. Artinya, saya terbebas dari denda/bunga.

Semua transaksi yang terjadi setelah tanggal cetak billing statement, akan diproses pada billing statement periode berikutnya. Oleh karena itu, biasanya orang menghindari melakukan transaksi 2-3 hari sebelum tanggal cetak billing, untuk memperlama proses pembayaran (silakan baca "Time Value of Money"). Tak lupa, terdapat biaya materai senilai Rp 6000 yang dibebankan pada nasabah setiap bulan. Sungguh model bisnis khas Bank di Indonesia yang tak mau rugi.

Situs-situs yang menjadi rujukan penulis sepertu pengusahamuslim.com, menganut paham bahwa kartu kredit adalah sepenuhnya HARAM. Namun penulis berpikir, jikalau memang benar demikian, tidak mungkin Yufid.tv dan orang-orang yang mengadmininya, melakukan pembayaran untuk domain atau hosting di luar negeri, karena semuanya HARUS dilakukan via kartu kredit atau PayPal (yang notabene perlu verify credit card)! Memang, kita bisa menggunakan layanan VCC (Virtual Credit Card) seperti yang dijual orang-orang di forum Kaskus dll. Tapi ingat! VCC pun sebenarnya adalah kartu kredit, ditambah lagi pihak PayPal akan membersihkan semua account PayPal yang menggunakan VCC (alias siap2 kena limitasi).

Kesimpulannya,
perlukah memiliki kartu kredit?
0. Sebagian besar ulama mengharamkan kartu kredit dengan alasan mengandung riba. Sebagian kecil ulama membolehkan dengan syarat penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan (keperluan usaha, membayar biaya masuk univ di luar negeri, transaksi internasional) dan harus melakukan full payment (agar tidak terkena riba).
1. Hati penulis lebih condong ke pendapat yang membolehkan, dengan catatan tersebut.
2. Kartu kredit menjadi penting karena sifatnya yang memudahkan kita bertransaksi. Hati-hati dalam memiliki kartu kredit karena sebenarnya tidak semua orang butuh kartu kredit. Sebagai contoh, penulis sendiri jarang bertransaksi dengan CC (hanya sekadar untuk international payment, pembelian tiket pesawat yang butuh CC, dll), namun penulis menyediakan "jasa" pembayaran via kartu kredit penulis kepada teman atau keluarga.

Stay out of debt!

Jasa Gesek Tunai Kartu Kredit, Seberapa Menguntungkan?

Jasa gesek tunai atau lazim dikenal sebagai "gestun" untuk kartu kredit, kini telah menggurita baik di forum-forum online seperti Kaskus maupun merchant-merchant besar (seperti toko emas di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara). Seperti apa teknis dari jasa gesek tunai kartu kredit ini? Mengapa nasabah kartu kredit lebih memilih jasa "esek-esek" seperti ini dibandingkan menggunakan jasa tarik tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit?


Simulasi Gesek Tunai

Kita langsung contoh kasus saja. Ibu Romlah memiliki kartu kredit BCA dan ingin punya uang cash untuk belanja harian. Sayangnya, penghasilan suaminya yang sekadar supir angkot jurusan Tanah Abang - Kampung Melayu, sedang surut. Ibu Romlah pun pergi ke warnet, lalu searching di Google dengan keyword "jasa gesek tunai", dan menemukan merchant Toko Emas Ah Tung. Toko Emas Ah Tung sejatinya adalah merchant yang memiliki mesin EDC BCA dan mematok tarif hanya 2% dari nilai tunai yang diambil.

Ibu Romlah pun berkongsi dengan Ah Tung, melakukan transaksi virtual (bohong-bohongan) dengan struk belanja bohongan, seolah-olah Ibu Romlah telah membeli emas dari Ah Tung senilai Rp 1juta. Dari sisi Bank BCA, transaksi ini dianggap normal, yaitu pembelian emas dengan kartu kredit, senilai Rp 1juta. Namun dari sisi Ah Tung dan Ibu Romlah, transaksi ini adalah transaksi gesek tunai. Ah Tung pun memperoleh "upah" senilai 2% yakni Rp 20.000. Nominal yang lumayan untuk sekali makan siang di warung Padang.

Perbandingan Jasa Gesek Tunai dan Tarik Tunai

Dibanding tarif tarik tunai yang berkisar 4%, tarif Ah Tung memang lebih menguntungkan. Coba saja bayangkan, bila nominalnya bukan hanya Rp 1juta, tapi katakan Rp 200juta atau bahkan lebih. Selisihnya kalikan saja, 4%-2% kali Rp 200juta. Tentu cara ini tidak dibenarkan karena merupakan transaksi palsu. Tapi, kita juga mesti ingat bahwa pihak bank bukanlah lembaga sosial yang semua pegawainya tersenyum ramah tanpa maksud bengis. Mereka juga perlu nasabah, perlu biaya untuk membeli blazer yang bagus untuk pihak marketingnya, dan biaya telepon untuk selalu mengganggu Anda dengan tawaran personal loan.

Cara bank juga terlihat bengis, karena terkadang ada biaya-biaya tersembunyi yang diberlakukan tanpa persetujuan Anda. Yang simpel saja, biaya materai. Mungkin nominalnya Rp 6000, tak terlampau besar, kalau sekali waktu. Bank tak mau rugi, jadi biaya-biaya semacam itu mereka biarkan pihak nasabah yang menanggungnya. Penulis pribadi sangat mendukung adanya praktek-praktek "Jasa Gesek Tunai", karena ini akan mematikan layanan gestun dari Bank, sehingga kemungkinan terbesarnya adalah pihak bank akan sedikit melunak dengan menurunkan tingkat suku bunga atau biaya-biaya terselubung lain. Penulis pun malas sekali berurusan dengan pihak Bank, di samping haram (bila melibatkan bunga/riba), hampir tak ada keuntungan ekonomis berarti, kecuali kita secara tak sadar dibuat miskin pelan-pelan.

Penurunan Suku Bunga oleh Bank Indonesia

Dengan diberlakukannya penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012 dan Surat Edaran BI No. 14/17/DASP, maka bunga tarik tunai menjadi 2,95% saja. Peraturan ini berlaku sejak 1 Januari 2013 lalu, mungkin karena banyak sekali bank yang mematok bunga yang tak masuk akal. Penulis tentu berharap kita semua menjadi nasabah yang baik dengan menghindari konsumsi kartu kredit berlebihan sehingga memungkinkan telat bayar, apalagi sampai didatangi debt collector yang kekar dan tatoan. Selain juga karena memberi kesan bagus pada "rapor" kita di Bank Indonesia (Lancar > Dalam Perhatian Khusus > Kurang Lancar > Diragukan > Macet).

PS : Ibu Romlah dan Toko Ah Tung adalah tokoh fiktif, kesamaan dengan realita sebenarnya adalah kebetulan semata.

Menghargai Uang, Seberapapun Kecilnya

Ketika Everton bertanding melawan Liverpool di Liga Inggris, ada sebuah kejadian menarik yang melibatkan penyerang Liverpool, Luis Suarez. Om Suarez ini memang penuh dengan kontroversi, baik di Liga Inggris bersama Liverpool (misalnya saat ia diputuskan bersalah karena kasus rasisme terhadap Patrice Evra, pemain Manchester United), atau saat bersama tim negara asalnya, Uruguay (saat ia dengan sengaja melakukan hands ball di kotak pinalti untuk mencegah Uruguay kemasukan gol saat berhadapan dengan Ghana dalam Piala Dunia).


Saat salah seorang fans Everton berusaha mencederai pemain Liverpool dengan cara melempar koin, Suarez memungut koin tersebut, menunjukkannya sebentar pada wasit, dan menyimpannya di dalam sepatunya. Banyak sekali cerita mengenai kejadian itu, namun yang saya suka hadir seperti yang muncul di account Twitter Footy_jokes (dan beberapa blog yang membahas Liga Inggris lainnya).
When Everton fans threw coin at Suarez, he took them and kept that safe in his shoe, because he was once an 11-year-old kid on the streets of Montevideo playing football barefoot not knowing if there'd be food when he returned home. He know the value of money even if it's just a penny. You'd know better than to throw coins at him
Terlepas dari "hoax" tidaknya cerita tersebut, saya yakin kita sama-sama bisa mengambil hikmah. Hikmah bahwa seharusnya kita bisa belajar untuk lebih menghargai uang, seberapapun kecilnya. Dan karena rata-rata negara di Amerika Latin memang tidak terlalu kaya, boleh jadi Suarez pun sempat mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Masa-masa bingung antara bisa makan atau tidak besok hari, di saat kebanyakan orang di luar sana menyombongkan apa yang mereka makan via Instagram.

Pengusaha-pengusaha yang baik, yang kekayaannya bukan datang begitu saja dari langit, atau warisan orang tuanya, tahu benar cara menghargai uang. Salah seorang pengusaha (yang kabarnya bakal maju menjadi Presiden di 2014. Oya, tentu blog ini tidak berafiliasi dengan Partai Politik atau brand mana pun :D), bahkan berkisah saat ia berusaha meminjam uang Rp 16juta dari Ayahnya, ia diberi uang dalam bentuk uang kertas (tunai) di dalam karung, hingga sulit dibawa-bawa. Saat ditanya, "Mengapa caranya mesti seperti ini?" Ayahnya menjawab, "Itu agar kamu tahu sebanyak apa uang Rp 16juta itu, agar kamu berhati-hati menggunakannya."

Jadilah seperti Paman Gober, yang kalau lihat uang walau recehan, pasti dipungut. Buktinya gudang uangnya semakin lama semakin penuh dengan uang, bahkan ia mandi pagi dengan berenang di tumpukan uang. Hehehehe. Jika kita ingin belajar menjadi pengusaha besar, ada baiknya kita juga belajar menghargai uang dengan cara memanfaatkan dengan benar setiap rupiah yang kita dapatkan dari berbisnis. Ada kalanya memang usaha sedang ramai, tapi boleh jadi lebih sering masa-masa paceklik mendera, yang mengakibatkan kita dililit hutang yang sangat besar, yang membuat kita bahkan lebih miskin dari pengemis, karena saldo pengemis nol, sedang saldo kita minus. Di saat kita lagi gembel-gembelnya, uang senilai 500 perak pun sungguh-sungguh berharga.

Belajar Manajemen Bisnis Dari Game Simulasi

Bisa kita bayangkan, bila seseorang memiliki ratusan anak perusahaan yang semuanya harus diatur setiap hari, alangkah sibuknya orang tersebut! Di sinilah skill manajerial seseorang dapat teruji, apakah ia mampu untuk mendelegasikan tugas-tugas yang jumlahnya seabreg pada beberapa bawahan terpercaya? Jika beruntung, maka tiap proses bisnis perusahaan akan berjalan dengan benar. Tapi bila tidak, boleh jadi kerugian akan didera, atau malah kebangkrutan. Amit-amit jabang kenyot.

Kalau Anda pernah bermain games Farm Frenzy, skill manajerial Anda akan terasah sedikit. Permainan sejenis ini, menuntut kita menentukan prioritas task, demi meraih tujuan di level/stage tertentu. Ceritanya, Anda adalah seorang peternak hewan, di mana hasil ternak dapat diolah secara bertingkat, demi menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Di setiap level, kita diberi modal berupa uang yang dapat dibelanjakan. Kita bisa memelihara ayam (termurah), domba, atau sapi (paling mahal). Ada pula "buildings" yang fungsinya mengolah hasil ternak yang masih mentah (berupa telur, bulu domba, atau susu sapi) menjadi produk yang nilainya lebih tinggi.

Untuk dapat menampung hasil ternak, kita diberi "warehouse" atau gudang sementara yang kapasitas awalnya terbatas. Ada pula kendaraan untuk mengangkut hasil olahan peternakan ke kota, yang kapasitasnya juga terbatas. Eits, kesulitannya tidak hanya itu. Masih ada beruang yang sewaktu-waktu dapat memangsa hewan ternak kita. Untuk menangkap beruang, kita harus sigap melakukan tap/klik pada beruang hingga tercipta kandang untuk beruang. Opsional, kita diberi kesempatan membeli anjing penjaga untuk membantu menangkap beruang.
farm frenzy



Untuk membuat keadaan makin sulit, di setiap stage/level diberi batasan waktu jika kita ingin mendapatkan bintang. Semakin cepat memenuhi target (yang jenisnya beragam di tiap level), maka semakin mudah memperoleh bintang dan uang untuk menaikkan level gudang, atau kendaraan pengangkut hasil olahan ternak.

Pertanyaannya, seberapa tangguhkah kita dalam mengelola bisnis peternakan ini? Apakah kita juga bisa siap bila dihadapkan pada kondisi serupa di kehidupan nyata? Apakah kita siap bangkit lagi bila semua hewan ternak habis dimangsa beruang? Seberapa cepatkah perputaran uang dalam kas peternakan kita? Keputusan mana yang kita ambil, mengupgrade kendaraan pengangkut hasil olahan ternak ke kota supaya lebih cepat dan lebih muat banyak, atau membeli lebih banyak domba? Akankah kita bisa menyelesaikan setiap level dengan waktu terbaik? Akankah kita bisa menjadi manager kelas dunia dari game simulasi?

Belajar Manajemen Bisnis dari Game Simulasi

Masalah-masalah pada "simulation games" sebenarnya ingin dimiripkan dengan pengalaman bisnis/planning/manajemen di "real life". Farm Frenzy hanya contoh sederhana di antara sekian banyak permainan simulasi yang semakin lama semakin rumit (yang sedang coba penulis mainkan saat ini adalah SimCity 5, yang hingga saat ini belum berhasil dibeli karena lagi nabung). Dengan sumber daya yang terbatas, kita dituntut untuk menghasilkan profit yang paling besar, kualitas prima, dan tentu harus sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan. Semuanya memerlukan pikiran yang matang dalam mengambil keputusan, dan tak kalah penting intuisi bisnis yang tajam untuk melakukan prediksi.

Apa akibat dari manajemen bisnis yang kacau? Kesalahan dalam memperkirakan delivery time ke konsumen, akan berakibat kita kena maki-maki. Paling apes ya masuk penjara karena dianggap mengingkari kontrak atau perjanjian kerja. Manajemen bisnis yang kacau juga bisa dilihat dari pembagian tugas di SDM yang tidak terstruktur, atau tidak mem-breakdown task-task besar menjadi task-task yang lebih kecil yang lebih "doable". Contoh task besar adalah "pengerjaan baliho ukuran 3 kali 4 meter untuk Calon Bupati Haji Anu", seharusnya dipecah menjadi misalnya "mengurus perijinan ke kantor walikota", "pembelian bahan vinyl dengan spesifikasi X ke Bang Solih", atau "assign designer untuk membuat gambar kasar".

Dari task-task yang kecil tersebut, kita bisa menjadi lebih yakin dalam memperkirakan kapan sebuah task / proyek bisa diselesaikan. Tentunya dengan ditambah sekian persen dari waktu total, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Ingat, bahwa resource kita sungguh terbatas, dan waktu kita juga mepet. Tidak mungkin semua pegawai disuruh lembur bila deadline sudah dekat, karena kelelahan luar biasa akan berdampak pada produktivitas pada project-project selanjutnya.

Keahlian dalam mengatur proses bisnis yang besar, belajar manajemen bisnis, sesungguhnya bisa dipelajari dari bermain games-games simulasi seperti di atas, atau beli sebuah game yang rumit sekalian. Semoga berhasil.

Uttare Daikichi (Daikichi's Salesmanship), Komik Inspirasi Bisnis

Terus terang, penulis tidak terlalu suka (bukannya tidak suka sama sekali) dengan buku-buku kisah sukses yang sering kita temui sebagai "best seller" dan dipajang di rak-rak buku toko-toko buku ternama seperti Gramedia. Biasanya, buku tersebut hanya bercerita tentang narsisme si penulis (karena covernya hanya foto penulis pakai jas dan terlihat keren), dan kurang praktikal (alias kurang bisa diterapkan).

daikichi's salesmanship

Maka dari itu, saat pertama kali tahu ada komik dengan judul Uttare Daikichi (diterjemahkan sebagai Daikichi's Salesmanship) dengan tema bisnis oleh anak-anak, ini saya rasa cukup menarik, karena jarang sekali tema-tema seperti ini muncul di dalam komik. Komik lain yang agak menjurus ke bisnis yang pernah saya tahu adalah Money Maker yang isinya tentang investasi di saham oleh (lagi-lagi) seorang anak kecil. Ada lagi komik lain berjudul Kurosagi (diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Black Swindler) yang bercerita tentang bentuk-bentuk penipuan dalam bisnis.

Alur Cerita Uttare Daikichi

Dikisahkan dalam Uttare Daikichi, seorang anak bernama Daikichi Sagano yang punya mimpi tak tanggung-tanggung: menjadi pedagang nomer 1 di dunia! Ayah Daikichi memang seorang penjual takoyaki dan sedang berjualan keliling dunia. Secara kebetulan, Daikichi bertemu dengan kucing keramat yang dapat berbicara. Kucing yang dinamai Neko-sensei (neko = kucing, sensei = guru) ini ternyata adalah kucing berusia ratusan tahun yang punya kemampuan pinandhita dalam berbisnis, diduga karena merupakan titisan Dewa Dagang.

Dimulailah petualangan Daikichi bersama Neko-sensei, misalnya dalam menyelamatkan warung mainan tradisional nenek yang akan bangkrut, menjadi juara dalam porseni sekolah yang unggul dalam jumlah pengunjung dan kepuasan pembeli, hingga pada akhirnya bertemu dengan kompetisi dari taipun bisnis bernama Shochiku dengan hadiah 30 milyar yen. Di sela-sela petualangannya, guru kucing selalu memberi tips-tips bisnis yang berguna untuk Daikichi yang masih hijau dalam urusan berdagang. Guru kucing pun berharap bahwa kemampuan Daikichi akan semakin terasah, dan pada waktunya nanti akan mendatangkan keuntungan pula baginya.

Salah satu tips display content (penempatan items yang dijual di toko) yang diberikan guru kucing adalah soal memberikan "rasa aman" pada calon pembeli untuk sebuah merek spray rambut yang baru. Pada dasarnya sebuah produk baru boleh jadi memiliki keunggulan seperti harga yang lebih murah, tampilan lebih menarik, dll. Tapi, konsumen yang sudah terlanjur loyal dengan produk-produk yang terkenal duluan, akan susah dibujuk untuk sekadar mencoba. Hal ini disadari Daikichi tatkala melihat dua buah box plester luka yang berbeda merek. Merek A box-nya masih berisi full (misalnya 24 package yang lebih kecil), sedang box merek B hanya berisi sedikit package.

Kelihatannya, plaster merek A sulit sekali laku, dan produk B yang cepat laku. Pada kenyataannya, justru sebaliknya! Plester merek A sudah terjual pada box ketiga bulan ini, sedang produk B belum sampai 1 box terjual. Ini membuat Daikichi mengambil beberapa spray pada box display spray rambut merek baru, dan pembeli pun akan merasa "Oh, merek ini sudah banyak yang beli" atau "Wah, udah mau habis aja, kalau nggak ambil nanti kehabisan". Tips-tips sederhana seperti ini banyak sekali dijumpai di sepanjang perjalanan bisnis Daikichi.

Salah satu cerita lain adalah penjelasan guru kucing untuk pembagian model pembeli sesuai perilakunya yang mirip ikan koi dan ikan ayu. Karena perilakunya berbeda, maka "cara memancing"-nya juga berbeda. Pembeli model ikan koi, adalah pembeli yang mesti dibaik-baikin dulu, disapa ramah, dilayani sedemikian rupa, sampai nanti akhirnya membeli. Tapi, kebanyakan pembeli adalah pembeli model ikan ayu. Justru kalau semakin disapa, ditegur, ditanyain lagi cari apa, justru semakin risih dan akhirnya kabur.

Ada lagi cerita lain soal porseni sekolah. SMP Daikichi setiap tahun mengadakan porseni di mana masing-masing tim yang terdiri dari 4 murid membuat stand. Stand bisa saja restoran, warung kecil, pameran foto, kolam pancing, rumah hantu, apa saja. Penghargaan Most Valuable Stand akan diberikan pada stand yang berkriteria: profit paling besar, dikunjungi paling banyak, dan mendapat vote dari kebanyakan pengunjung porseni. Melihat histori Daikichi yang selalu saja gagal di 2 kali porseni sebelumnya, tak heran tak ada satu murid pun yang ingin bergabung bersama Daikichi.

Tersebutlah Makoto, teman Daikichi sedari kecil, yang dahulu pernah berjanji untuk membuat perusahaan bersama. Makoto juga tak mau menjadi teman satu tim Daikichi. Faktanya, Makoto bekerja keras setiap pagi menjadi pengantar koran. Yang tak diketahui Daikichi, Makoto selalu berangkat subuh-subuh, dan terpaksa berdagang koran karena orang tuanya bercerai, sedangkan ia memerlukan biaya besar untuk sekolah dan adiknya yang masih kecil. Waktunya habis untuk bekerja. Makoto beranggapan bahwa dagang yang ada hanya susah, dan sekeras apapun berusaha, hidup tak akan jadi lebih baik. Sesulit apapun melayani pelanggan-pelanggan korannya, yang ia dapatkan hanya muka masam di pagi hari.

Daikichi diam-diam membuntuti Makoto keesokan paginya dan mengambil alih tugas Makoto mengantar koran. Sambil membagikan koran ke pelanggan-pelanggan Makoto, Daikichi selalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih, tak peduli mau diberi respon tak enak, atau dibalas dengan muka kecut. Ternyata, seorang Bapak tua yang menjadi pelanggan Makoto, untuk pertama kalinya selama Makoto berjualan, membalas pula dengan sebuah senyuman. Cara pandang Daikichi tentang berjualan, telah membuat Makoto berubah pikiran. Bahwa ternyata apa yang dikatakan Daikichi benar (yang saya ambil menjadi tagline blog ini), bahwa kita berdagang bukan demi profit semata, tapi berdang demi sebanyak mungkin senyum. Akhirnya Makoto bergabung bersama tim Daikichi, serta Azuki dan Sawai (teman baik Daikichi).
Kita berdagang bukan demi profit semata, tapi berdang demi sebanyak mungkin senyum
Secara umum memang ceritanya kurang masuk akal, plus agak terlalu singkat (Daikichi's Salesmanship hanya berseri hingga 4 buku). Namun kalau untuk referensi alternatif dan seru-seruan, seri komik ini patut untuk dijadikan koleksi tambahan. Seperti apa kisah selengkapnya Daikichi bersama impiannya menjadi pedagang nomer 1 dunia? Akankah tim Daikichi bisa merebut trofi Most Valuable Stand yang selama 2 tahun berturut-turut dipegang Raionji, anak orang kaya dengan koneksi tak terbatas? Trik bisnis apa lagi yang diajarkan guru kucing? Bagaimana cara Daikichi bersaing melawan trik-trik kotor bisnis Tojo, dan menjadi pemenang di proyek Shochiku bernilai 30 milyar yen?

Anda bisa baca sendiri di komik Daikichi's Salesmanship terbitan Elex Media Komputindo.