Bukti transfer palsu biasanya digunakan dalam berbagai modus penipuan. Kali ini kami akan menceritakan pengalaman kami sendiri. Semoga ini menjadi pelajaran yang dapat diambil hikmahnya bukan hanya untuk kami pribadi tetapi juga Anda yang mungkin sedang menjalankan usaha atau beriklan.
Kejadian bermula ketika kami menawarkan rumah untuk disewa. Rumah ini milik orang tua dan setelah diiklankan, cukup banyak peminatnya. Alhamdulillah.
Salah satu peminat untuk menyewa rumah tersebut mengaku bernama Haji Muhajir. Kronologi secara lengkapnya saya coba ceritakan sebagai berikut.
Awal Cerita: Calon Penyewa Rumah
Pagi hari, kami mendapat SMS dari Haji Muhajir dan meminta untuk ditelpon balik. Kami menghubungi lewat WhatsApp dan beliau mengaku rumah tersebut akan dikontrak untuk anaknya (sudah berkeluarga) yang sedang berada di Banjarmasin. Beliau juga bercerita macam-macam. Suaranya berat, renyah dan sangat ramah. Foto profilnya pun terlihat meyakinkan dan mendukung. Sekilas, tidak ada yang aneh. Kami belum merasakan kecurigaan apapun.
Haraga sewa rumah awalnya adalah Rp 8,5 juta per tahun. Tapi bisa juga dibayar per bulan dengan harga sewa Rp 750ribu per bulan. Kecurigaan kami bermula ketika beliau menawar harga sewa menjadi Rp 8 juta per tahun, dan ingin langsung menyewa selama 2 tahun sekaligus. Jadi, totalnya Rp 16 juta.
Perlu saya ceritakan bahwa semua komunikasi kami dengan beliau hanya lewat WhatsApp call dan menggunakan nomor yang memang biasanya kami pakai untuk berjualan. Pesan lewat teks hanya sekali saat beliau mengirim SMS pertama kali.
Saya pikir, "Kok ada ya, orang yang belum lihat rumahnya tapi langsung mau bayar uang muka?"
Waktu itu kami hanya mengira, mungkin agar iklannya segera kami turunkan dan rumah tidak disewa oleh orang lain. Hati ini masih berprasangka yang baik-baik. Kami kirimkan nomor rekening saya (BCA) dan Haji Muhajir menyanggupi untuk mengirim uang mukanya sebelum siang. Kami juga tidak menetapkan uang muka / panjar. Intinya terserah mau transfer berapa pun.
Meminta Nomor Rekening BNI
Siang harinya, Haji Muhajir menelpon via WhatsApp lagi. Beliau tanya apakah saya punya rekening lain, karena beliau akan mentransfer uangnya dari BNI dan mengirim bukti transfer dari ATM. Di sini percakapannya mulai agak aneh. Saya tidak bisa jelaskan, hanya sekadar feeling saja, sepertinya ada yang tidak beres. Saya kirim nomor rekening lain (BRI, pinjam punya abang), dan beliau menyanggupi. Beliau juga meminta foto kuitansi bukti pembayaran. Hingga saat ini, kuitansi sebagai bukti pembayaran tersebut tidak saya tidak kirimkan.
Sekitar jam 2 siang, beliau kirim sebuah foto bukti transfer seperti di bawah ini.
Sekilas, bukti transfer tersebut memang terlihat meyakinkan. Tapi kami cek, uang belum masuk. Jadi saya tidak balas apa-apa ke beliau. Tak lama, beliau kembali menghubungi, mengatakan kalau uangnya sudah ditransfer, dan kembali meminta foto kuitansi pembayaran. Kami hanya bilang, oke nanti kami kirimkan jika uang sudah masuk. Dalam hati saya, “Tajir amat yak ni orang, DP-nya 6 juta padahal belum kenal, belum lihat rumah, dll”
Keramahan yang Berbisa
Bisa saya ceritakan, beliau super duper ramah. Setiap percakapan dimulai dan ditutup dengan “assalaamu’alaykum warohmatullah wabarokatuh” yang fasih, lengkap dengan “Masya Allah”, “Barakallah”, “Alhamdulillah”, dan berbagai nuansa relijius dan berpendidikan lainnya di sela-sela obrolan. Alhamdulillah walau berbisa, racun tersebut mental karena kuasa Allah juga. Kami tetap tak bergeming, menunggu uang masuk dulu baru lanjut ke proses berikutnya.
Sekitar jam 5 sore, uang sejumlah Rp 6 juta tak kunjung masuk. Kami lihat-lihat lagi foto tersebut. Istri sudah mulai searching di Google mengenai bukti transfer palsu yang digunakan untuk menipu. Melihat ada yang janggal, saya coba kontak Sari, teman saya yang bekerja di BNI. Sari bilang, dilihat dari log host (saya kurang paham artinya, mungkin semacam histori di mesin ATM), bisa dikonfirmasi bahwa bukti transfer tersebut PALSU bin BODONG.
Bukti Transfer Palsu. Lalu?
Kami tidak tahu bagaimana modus / kelanjutan dari proses percobaan penipuan ini. Haji Muhajir terlalu sibuk dengan korban lain, mungkin. Dia tidak balas WA kami lagi. Kami sempat baca-baca kisah serupa, korban biasanya digiring menuju ATM dan saldonya dikuras dengan modus penipuan via telpon pada umumnya.
Kisah ini menyuruh kami berintrospeksi. Boleh jadi ini peringatan dari Tuhan, apakah di makanan kami ada terselip sumber yang kurang berkah? Apakah kami tak sengaja pernah “memperdaya” orang lain? Berbuat dzalim pada pelanggan atau rekan usaha? Astaghfirullah. Semoga dosa kita semua diampuni olehNya.
Akhir kata, untuk semua yang masih mencari jalan tidak baik semacam ini, pesan kami: bertaubatlah. Semoga Tuhan Memberi Anda semua hidayah dan mendapatkan rizki halal untuk keluarga. Apalah yang saudara dapat dari menipu kami.
5 komentar
Saya siang ini hampir jadi korban modus seperti ini persis di sms bilang nya anak nya mau wa susah saya suruh wa suami nya,Untung tidak gegabah langsung transfer tapi saya cek saldo dulu.jadi terhindar dari modus nya tadi si penipu ngaku nama nya haji faisal tiba tiba pas dia habis ngirim bukti struk transfer editan telepon suruh buru buru transfer ke atm mandiri bilang nya darurat buat oprasi sesar saudara nya pendarahan dia modus nya juga persis belum lihat rumah dll udah mau nransfer.
Saya siang ini hampir jadi korban modus seperti ini persis di sms bilang nya anak nya mau wa susah saya suruh wa suami nya,Untung tidak gegabah langsung transfer tapi saya cek saldo dulu.jadi terhindar dari modus nya tadi si penipu ngaku nama nya haji faisal tiba tiba pas dia habis ngirim bukti struk transfer editan telepon suruh buru buru transfer ke atm mandiri bilang nya darurat buat oprasi sesar saudara nya pendarahan dia modus nya juga persis belum lihat rumah dll udah mau nransfer.
@ Wibi
Memang perlu hati-hati dengan yang "mau transfer tanpa melihat-lihat dulu". Terlihat meyakinkan.
Hampir saya juga kena tipu yang bersangkutan dengan ingin beli springbed saya langsung 2 tanpa nawar langsung transfer
Terimasih sudah mengupload struk transfernya karna sama dengan yang di kirim ke saya
@ springbed cikarang
Alhamdulillah masih bisa terhindar dari kasus serupa. Terima kasih atas komentarnya.
Silakan berkomentar, insya Allah akan kami jawab. Terima kasih