Kita sudah belajar sedikit trik untuk menawar harga di tulisan sebelumnya. Dari sisi penjual, sebetulnya kita juga memiliki bargaining power yang mesti dimanfaatkan. Perlu diingat, our product is as fabulous as we are. Barang yang kita jual itu sudah tepat harganya, porsinya, iklannya, dan pengemasannya. Pada tulisan kali ini kita belajar bentuk-bentuk intimidasi calon pembeli yang umum terjadi. Hati-hati, jangan sampai kemakan.
Our product is as fabulous as we are
Saya ambil kasus ketika saya menjual gitar Yamaha GL-1 di tokobagus dot com pada Jumat jam 11 malam, dan deal di hari Minggu pagi. Bunyi iklannya tak terlalu muluk, "Dijual Yamaha GL-1 Guitalele" sebagai tajuk, dan saya kasih harga Rp 299.000, alias tak sampai sapekceng. Foto cukup 2 saja, ambil gambar terbaik, jangan ngeblur-ngeblur amat, atau punya resolusi rendah. Lengkap dengan nomor handphone saya. Iklan yang tak banyak cingcong. Sempurna.
"Gan, gitarnya masih ada?" SMS pertama masuk jam 10 pagi hari berikutnya. Standar. Inti dari percakapannya baru ketahuan setelah beberapa kali bertukar pesan. "Boleh ya
250ribu,
Selasa saya ambil di Slipi. Thanks".
Nawar harga seolah pasti dikasih
Mungkin dia pikir kita lagi butuh duit banget (emang iya sih, haha), sehingga berpikir bahwa saya akan langsung mengiyakan. Ingat,
our price is right. Saya pernah lihat guitalele baru di Gramedia harganya Rp 450ribu. Saya beli di tahun 2008 di sebuah toko musik di Yogyakarta, harganya Rp 400ribu. Nggak dosa-dosa amat rasanya kalau harganya jadi 75% dari harga beli. Sudah dikasih label
fixed price pula di iklannya. Pasti laku di harga segitu.
Menganggap barang punya kualitas rendah
Ada lagi SMS masuk, "Jangan-jangan barang KW ya? Ini ori Yamaha atau bukan?" Sudah disebut di iklan dengan lengkap, Yamaha GL-1. Kalau KW pasti nggak ditulis Yamaha, tapi Yahama atau Yamala. Plus senar baru saja saya ganti baru. Ingat aturan jualan kita :
our product is the best of its kind that available on the market right now. Ini harus yakin betul, karena kalau nggak yakin sama produk sendiri, bagaimana kita akan meyakinkan orang lain?
Mengiba
"Gimana, 200 ribu aja ya? Ini anak saya mau masuk SD butuh duit" Kalau kata orang Sunda sih,
sebodo teuing alias peduli amat. Jadilah pedagang yang profesional! Jauhkan diri dari rasa belas kasihan. Kalau mau nyumbang, bukan di tokobagus tempatnya. Saya balas SMS pembeli tersebut dengan "Maaf Pak, nggak bisa bantu. Ini Pak, kalau mau curhat mention saja Pak SBY di Twitter : @SBYudhoyono"
Membandingkan dengan pedagang lain
"Mas, saya pernah lihat di anu (menyebutkan tempat lain), harganya nggak semahal ini". Ini trik basi. Dia menghubungi kita pasti karena terpesona dengan kualitas dari barang kita. Jadi kalau memang benar di tempat lain harganya jauh lebih murah, tentu pembeli sudah ambil dari tempat lain.
Merusak lapak orang lain
Ini yang paling parah. Biasanya di website khusus untuk jual beli, fitur komentar nggak bisa terlalu bebas. Tapi, semacam KasKus di mana orang bebas berkomentar (KasKus menurut saya bukan tempat ideal untuk jual beli, hanya saja traffic nya tinggi alias banyak pengunjungnya saja), biasanya kita kecolongan komentar-komentar bernada sinis seperti "Wah, mending upgrade ke model yang versi baru, harganya sama!" atau "Kemahalan nih harga segini, kunjungi lapak saya di http ....." atau "Hati-hati dengan pedagang ini, saya pernah beli sama dia eh nyampenya baru sebulan" atau hal-hal lain. Ini sudah jelas mengikis kredibilitas.
Kesimpulan
Percayalah, bahwa produk akan terjual dengan harga yang kita inginkan. Jangan buru-buru kasih kalau ada yang nawar. Jangan terintimidasi. Kalau nggak cocok sama calon pembeli pertama, anggap saja belum jodoh. Masih banyak yang antri buat mau bayar sesuai yang kita minta. Seperti kata Afgan, buat pembeli yang SADIS, KATAKAN TIDAK. SABAR, karena kita jualan TANPA BATAS WAKTU. Apalagi kalau barang HANYA ADA SATU. Ujung-ujungnya JODOH PASTI BERTEMU. #hoekgrokcuih
1 komentar so far
makasih mz. Prabowo betul-betul bikin penjerahan
Silakan berkomentar, insya Allah akan kami jawab. Terima kasih