Bisnis White Label, Apa dan Bagaimana

Kita sering sekali menemukan produk-produk white label seperti makanan ringan, air minum dalam kemasan, tissue, perkakas rumah tangga, yang diberi label sesuai dengan nama mini marketnya, sebut saja Alfamart atau Indomaret. Apakah Alfamart (PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk) atau Indomaret (PT Indomarco Prismatama) yang meracik sendiri kacang telur dan menjualnya dengan label mereka?
Air Minum Cleo
Cleo atau IndoMaret?

Pengertian White Label

Bisnis white label adalah pemberian merek atau brand pada produk / jasa tertentu yang sebetulnya diproduksi oleh perusahan lain. Bisnis white label sebenarnya bisnis yang tidak saya gemari (nanti kita akan pelajari apa kekurangannya). Contoh white labelling paling sering kita jumpai selain pada bisnis retail, juga pada jual beli atau reseller web hosting. Mula-mula, seseorang membeli hosting dalam 'package' yang besar dari perusahaan hosting X (biasanya kelas dunia). Selanjutnya hosting package yang besar ini dipecah-pecah (dijual ketengan) ke konsumen. Anggaplah hosting ini pun akhirnya diberi cap Kuda Biru atau Hosting Bang Miun. Konsumen tidak akan mengetahui asal muasal hosting ini disewa/dibeli dari perusahaan X. Yang mereka tahu, mereka membeli hosting dari Bang Miun.

White Label vs Supplier/Distributor Tunggal

Misal saya menjual kopi dan karena bernafsu ingin menjual sebanyak-banyaknya, akhirnya saya memutuskan untuk membuat kopi saya tanpa merek alias white label. Haji Usep tertarik membeli, demikian pula Hajjah Minah. Jadi, di pasar kini ada kopi cap Haji Usep, dan kopi cap Hajjah Minah. Beda logo doang dikit. Kopinya ya tetep kopi-kopi saya juga.

Karena white label, saya bebas menjual pada siapa saja. Bang Badrun, Mang Ucup, Solihun, PT Acakadut, siapa pun. Tidak ada batasan dan tidak ada kontrak jelas. Itulah salah satu kelebihan white label. Produk yang sama dijual secara masif pada semua retailer. Pada model kontrak supplier atau distributor tunggal, saya hanya berkewajiban untuk meningkatkan mutu sesuai standar pembeli tunggal. Misal ayam KFC, didapat dari peternakan ayam Haji Sulaiman. Dalam kasus tertentu, mungkin Haji Sulaiman tidak boleh jual ke pihak lain, walaupun (dibandingkan dengan model bisnis white label) konsumen sama-sama tidak tahu ayamnya dari peternakan Haji Sulaiman. Misalnya begitu.

Kekurangan Bisnis White Label

Tidak spesial. Untuk kasus kopi di atas, saya bisa saja menjual ke 100 atau 1000 retailer. Untuk penikmat kopi sungguhan, biasanya mereka tahu bahwa rasa kopi cap Haji Usep dan kopi cap Hajjah Minah sama persis. Namanya juga nggak ada merek. Jadi tujuannya memang jualan dalam skala besar, bukan branding produk.

Tidak ada customer engagement. Karena nggak ada branding khusus, kita tidak pernah ada cinta dengan perusahaan atau produk atau label atau mereknya. Jangan berharap kalau jualan model begini akan dapat customer yang loyal. "Wah, saya sih kalau tiap pagi pasti ngopi kopinya Haji.. Haji siapa ya itu?"

Pelayanan pelanggan yang buruk. Jika kopinya ternyata bermasalah, entah bau apek atau bikin keracunan, siapa sebenarnya yang harus disalahkan? Haji Usepnya, atau saya selaku produsen white label?

Model harga yang berbeda untuk barang yang persis sama. Salah satu tujuan white label seperti yang kita bahas di atas adalah agar barang bisa sebanyak-banyaknya terjual. Ketika pasar sudah 'jenuh' dengan barang yang sama (cuma beda cap saja), biasanya harganya sudah rusak. Makelar yang ini jualnya tinggi, makelar yang sana jualnya margin kecil. Akibatnya 'perang harga' padahal barangnya itu-itu juga.

Manfaat Memiliki Kartu Kredit

Sebagian orang menghindari kartu kredit karena takut 'nyangkut' di debt collector. Namun bagi sebagian orang, manfaat memiliki kartu kredit amat besar, seperti modal usaha dan dana darurat. Terlepas dari pro dan kontra memiliki kartu kredit, ini semua kembali ke bagaimana setiap orang mengatur rencana keuangan sesuai kebutuhan. Menurut Asosiasi Kartu Kredit, jumlah kartu kredit yang diterbitkan di Indonesia adalah 15 juta kartu. Jika satu orang rata-rata memegang 2-3 kartu, maka ada 5-10 juta orang pengguna kartu kredit di Indonesia.
kartu kredit


Manfaat memiliki kartu kredit sangat besar. Di antaranya

Alat bantu pembayaran (online)

Banyak sekali online shop kenamaan dunia seperti eBay, Amazon.com, atau AliExpress yang hanya menerima pembayaran via kartu kredit. Harga beberapa komoditi digital pun lebih murah bila kita order dari luar negeri. Mengapa kartu kredit? Karena kepemilikan kartu kredit dan verifikasinya jauh lebih rumit daripada debit card. Sehingga ini meminimalisir identitas palsu dan transaksi yang tak jelas.

Menunda pembayaran

Yang perlu diingat adalah limit kartu kredit bukan merupakan uang tunai. Sifatnya hanya sekadar untuk menunda pembayaran. Ketika kita membeli barang seharga sekian juta rupiah, kita harus bayar pada saat tagihannya keluar. Untuk yang suka latah belanja, ini memang berbahaya. Oleh sebab itu, bila memang butuh, gunakan kartu kredit dengan limit paling kecil sesuai kebutuhan.

Cicilan 0%

Promo cicilan 0% bertebaran di mana-mana. Biasanya, semakin besar nilai transaksinya, semakin lama pula jangka waktu mencicilnya. Misalnya, di sebuah gerai elektronik ternama, untuk nilai transaksi di atas 3 juta rupiah, maka periode cicilannya menjadi 12 bulan. Cicilan model ini tidak seperti pinjaman kredit ke bank, di mana ketika kita punya rejeki lebih, kita bisa mengajukan pelunasan maju (langsung dibuat lunas sebelum masa kredit berakhir). Bank memang sengaja membuat kita menghabiskan uang lebih banyak dengan waktu yang lebih lama.

Point rewards

Untuk tiap nilai transaksi, biasanya bank memberikan point rewards yang bisa ditukar dengan hadiah-hadiah tertentu seperti boneka, hingga mileages. Atau point ini bisa dikumpulkan untuk dipakai belanja lagi. Ingat bahwa bank ingin kita menghabiskan uang lebih banyak.

Tidak perlu membawa uang tunai

Ini mirip dengan manfaat dari kartu debit. Kalau mau transaksi hanya butuh kartu dan tanda tangan. Kalau pun kartu kredit jatuh ke tangan orang lain yang tidak berhak, kita bisa langsung telpon ke bank untuk melakukan pemblokiran.

Diterima di seluruh dunia

Visa dan Mastercard adalah salah satu issuer yang dominan di Indonesia. Sifatnya yang diterima di seluruh dunia, membuat perjalanan Anda lebih praktis karena tidak perlu melakukan penukaran uang di money changer. Namun berhati-hatilah karena mayoritas kartu kredit mengenakan biaya tambahan untuk setiap transaksi. Ini merupakan "upah" dari transaksi dari bank lokal dengan penjual luar negeri.

Membantu mencatat transaksi keuangan

Dengan mencatat setiap transaksi keuangan dengan Toshl, kita bisa membuat tag atau label tersendiri, misalnya "credit card". Ini akan memudahkan mengelola pengeluaran, dan mengira dengan pasti berapa tagihan kartu kredit bulan berikutnya.