Ingin Berhemat? Cobalah Berhenti Merokok

Jika berhenti merokok dengan alasan kesehatan sudah tak mempan lagi, apakah alasan finansial bisa menyadarkan orang? Tahukah Anda, bila uang membeli 3 bungkus rokok sehari diinvestasikan seluruhnya (berikut devidennya) di perusahaan Philip Morris selama 46 tahun, maka nilai sahamnya akan menjadi lebih dari US$ 2 juta!

rokok dan uang logam

Korporasi rokok tetap ada karena konsumennya sudah ketagihan. Mereka tidak membuat rokok demi memajukan pertanian tembakau, membuat foundation atau beasiswa sebanyak-banyaknya, atau agar ekonomi kita tetap berjalan. Mereka semua (para konglomerat yang hidup dari industri rokok), menjalankan bisnisnya hanya demi uang. Tahukah Anda dari daftar 50 orang terkaya di negeri ini, pentolannya hidup dari berjualan rokok?

Asuransi untuk penderita rokok, mungkinkah?

Baiklah, jika memang benar bahwa merokok dapat menimbulkan segala macam masalah kesehatan seperti yang disebutkan di label peringatan pada bungkus rokok, apakah tidak ada cara untuk menanggulangi dampak dari penyakit akibat rokok? Sebetulnya kalau memang benar perusahaan rokok kebanyakan duit, model bisnisnya (yang saya bisa pikirkan) diubah saja mirip dengan penjualan tiket pesawat terbang atau sarana transportasi lainnya. Dari harga tiket, sebagian disisihkan sebagai premi asuransi.

Demikian pula pada rokok. Dari harga sebungkus rokok yang (misalnya) Rp 12ribu, diambil Rp 500 saja untuk premi asuransi. Tentu ini membutuhkan "premium membership", jadi semua data perokok tercatat dengan baik di sisi perusahaan rokok. Seandainya si perokok ini sakit kanker paru-paru, uang premi yang Rp 500 tadi itulah yang akan membayar semua biaya perawatan pesakit di rumah sakit. Cukup fair, menurut saya. Tapi, apakah perusahaan rokok sudi melakukan hal itu?

Merokok agar terlihat macho?

Ketika rokok terbukti menjadi biang dari impotensi, penyakit jantung, atau masalah paru-paru, masihkah ia menjadi simbol maskulinitas? Padahal filter pada rokok pernah dibuat berwarna merah muda, supaya menyamarkan warna lipstik pada rokok. Artinya, rokok pernah dibuat untuk wanita. Coba tanya cewek-cewek jaman sekarang, apakah lebih senang punya cowok yang perokok berat (dengan gigi yang kuning dan terbatuk-batuk separuh bengek kalau disuruh main futsal 15 menit saja), atau yang tidak merokok?

Mengapa sulit sekali mengalahkan industri rokok?

Ini pertanyaan yang tidak akan habis dijawab dalam semalam renungan. Sebetulnya semua bermula dari pendapatan negara yang berasal dari cukai rokok. Bayangkan saja, untuk tahun 2013, pendapatan negara dari cukai mencapai Rp 108 trilyun dan Rp 105 trilyun (atau sekitar 97%) berasal dari cukai rokok dan tembakau. Luar biasa bukan uang yang bisa dihasilkan dari industri rokok?

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, industri rokok adalah industri yang menghasilkan uang paling banyak di dunia, nomor 2 setelah industri minyak dan gas. Dari dulu nilai cukai rokok tidak pernah naik drastis. Rata-rata nilai cukai yang sekitar Rp 375-380 per batang itu adalah 38 persen dari harga rokok per bungkus. Artinya, kemurahan Gan! Apalagi ada banyak sekali pedagang eceran yang menjual rokok secara keteng atau satuan. Amboi, punya uang seribu perak pun sudah bisa ketepas-ketepus.

Kembali lagi ke pertanyaan mengapa Pemerintah gagal mengendalikan industri ini. Jawabannya sebetulnya kita semua sudah tahu. Memangnya, apa di negeri ini yang tidak bisa disuap?

Benarkah sulit sekali untuk berhenti merokok?

Rokok yang paling populer adalah rokok filter (saat ini), setelah bos rokok dunia membeli salah satu perusahaan rokok Indonesia (rokok kretek lambat laun akan dihilangkan dari peredaran). Bahan-bahan rokok filter meliputi tembakau, cengkeh, kertas rokok, filternya, dan beberapa zat tambahan untuk meningkatkan aroma dan rasa. Rokok bersifat adiktif karena kandungan nikotinnya. Nikotin yang dihisap lewat rokok, akan masuk ke dalam darah dan secara langsung berefek "fly" atau menenangkan. Namun ini hanya sementara. Ketika sudah tidak merokok, efek ini akan hilang.

Nikotin juga memiliki efek agar badan menghasilkan endorfin lebih banyak, yang gunanya memberikan rasa bahagia. Hormon ini (endorfin) sebetulnya tak berbahaya, karena hormon ini juga dihasilkan ketika kita berolahraga (yang mana jauh lebih sehat berolahraga dibandingkan merokok 2 bungkus per hari). Nikotin inilah yang membuat seseorang amat sangat sulit berhenti merokok, karena ketika asupan nikotinnya tidak ada, seseorang yang sudah merasa ketergantungan akan merasa marah, cemas, dan mengalami stress dalam bekerja.

Sebetulnya tak sulit untuk berhenti merokok. Saya memang belum pernah sampai ke tingkat kecanduan merokok, tapi dulu Ayah adalah seorang perokok berat (karena pekerjaan yang berat). Beliau berniat kuat untuk mengubah kebiasaannya merokok, karena ketika ikut dalam acara Fun Bike (sepeda santai), ia mengalami sesak nafas. Dukungan keluarga dan orang terdekat amat penting di saat seperti itu. Alhamdulillah beliau berhasil berhenti hingga sekarang.

Tidak adakah yang berusaha melawan korporasi rokok?

Banyak. Salah satu ceritanya pernah saya tulis dalam artikel berbeda, tentang "Sex, Lies, and Cigarettes". Karena bisnis rokok juga tergantung pada konsumen yang loyal, yang merokok hingga bertahun-tahun, maka mereka memulainya dengan menyasar konsumen paling riskan untuk mencoba hal baru : anak-anak dan remaja. Itulah sebabnya, iklan rokok disamarkan menjadi ajang olahraga, festival musik, dan sponsor-sponsor yang masuk di berbagai kegiatan sekolah. Sales rokok memang orang-orang marketing yang skill-nya sudah pinandhita.

Pesan terakhir untuk berhenti merokok

Korporasi rokok, menjual rokok demi uang. They take your money. They take your life. And they take you from the ones who love you the most. Keluaga Anda, teman, dan semua orang di sekeliling Anda. Korporasi rokok jahat. Dan salah satu cara untuk melawan raksasa super ini adalah dengan mematikan Tuhan Sembilan Senti di tangan Anda. Mulai hari ini.

A programmer living in Indonesia. More

6 komentar

beli sahamnya aja gans HMSP sama GGRM, klo orang2 masih tetep suka ngrokok sahamnya naik terus...mantapp :D

Wahahaha...
Itu mah gurauan saya dan kawan-kawan ketika masih kuliah.

Saya ada IDE GILA:
"indonesia Sehat jika industri rokok di kalangan dalam negeri mengalami kebangkrutan dalam kuantitas penjualan."
Mungkin jika terjadi hal demikian, dana sumbangan untuk kesehatan negara setiap tahun perlu diberikan kepada PNS bagian kesehatannya kali ya? Untuk mendorong mereka pula mensosialisasikan anti rokok dan hidup sehat :D
Di lain itu bagi Perusahaan Rokok yang dapat beralih secara sukses ke bidang lain, mungkin perlu diberikan apresiasi misalnya dijadikan sebagai menteri lingkungan atau menteri yang sesuai dengan bidang yang digelutinya karena kemampuannya (daripada yang duduk di kursi Menteri DPR dari dulu pada banyak yang korup) :P

yohanes edishon Maret 23, 2015 1:09 AM

berhenti merokok tidaklah sulit.semuanya dari kemauan kita saja.coba kita berhenti sebulan tdak merokok.ke untungan sangat besar akankita langsung dapatkan .prtma kesehatan .kedua menambah penghasilan. contoh . sehari dua bungkus 25rbu.sebulan.30hari 750rb.coba bayangkan berapa se tahun.aq hanya sarankan teman2 perokok. karna aq sudah mencobanya.

Terima kasih Bung Yohanes atas komentar Bung.

ada kolega saya yg perokok berat, kebetulan gak sengaja ketemu di london waktu itu

sambil membunuh waktu, kawan saya merokok dan menawari saya rokok

karena saya bukan perokok makanya menolak

ditengah obrolan, saya ditanya dalam rangka apa ke inggris

saya jawab "liburan"

kawan saya lalu nyeletuk pantas aja bisa jalan-jalan ke luar negeri , lah wong gak ngerokok, uangnya bisa ditabung...

baru kali itu saya merasa menjadi orang kaya dan dipuji karena tidak merokok

biasanya malah diejek "cupu" kalau pria tidak merokok

hehehehhe

Silakan berkomentar, insya Allah akan kami jawab. Terima kasih