Memahami "Turn Over" Dalam Berjualan

Frasa "turn over" menurut Mbah Google bisa berarti 2 hal

  1. The amount of money taken by a business in a particular period.

  2. The volume of shares traded during a particular period, as a percentage of total shares listed.
cash register

Kita ingin bahas yang pertama : jumlah uang beredar dalam bisnis untuk periode tertentu. Saya ambil dari salah satu cerita dalam Daikichi's Salesmanship saja ya. Ceritanya, untuk memenangkan penghargaan Most Valuable Stand di porseni sekolah, parameternya ada 3 macam : total profit, jumlah pengunjung, dan hak angket pengunjung. Selama 3 hari, tim Daikichi dan tim Sagano (rival abadi Daikichi) bersaing sengit.

Di hari pertama, Daikichi bisa memanfaatkan tempat paling strategis (yang justru di samping toilet!) untuk menggaet pengunjung sebanyak-banyaknya. Turn over pengunjungnya bagus, tapi profitnya sedikit karena untungnya sedikit dibandingkan restoran mewah Sagano (sekali transaksi restoran Sagano untungnya bisa berkali lipat karena koneksinya dengan distributor yang bisa memberi harga murah).

Pernahkah Anda "diusir" secara halus di resto cepat saji atau rumah makan mewah karena terlalu lama nongkrong? Misalnya pramusajinya akan mendatangi Anda dan teman-teman yang sedang asik ketawa-ketiwi, sambil nanya "Mau ada pesanan apa lagi Pak?". Ini karena pihak restoran ingin meningkatkan turn over pengunjung, alias meningkatkan turn over pendapatan pula. Jangan sampai, pembeli hanya nongkrong berjam-jam, tapi orderan cuma kopi secangkir harga 10 rebu.

Di hari kedua, Sagano juga punya taktik untuk meningkatkan turn over pengunjung, yaitu dengan cara mengurangi jumlah kursi per meja (semula 4 kursi menjadi 2 kursi per meja saja), dan menambah pramusaji yang berdiri di pojok ruangan. Gunanya? Supaya pembelinya habis makan cepet-cepet pulang! Nggak usah lama-lama di restoran tapi nggak beli apa-apa.

Cara untuk meningkatkan turn over

Mengatur "ritme" jumlah pengunjung

Pengunjung yang banyak akan mendatangkan kesan "Wah, restorannya rame!". Namun pengunjung yang banyak bisa mendatangkan lebih banyak masalah seperti itu tadi, nongkrong lama-lama tapi nggak menambah pesan apa-apa. Menambah variasi jumlah kursi per meja juga turut menolong. Biasanya di restoran akan ada meja untuk 2, 4, atau bahkan 12 orang (keluarga besar). Coba deh sekali-sekali main game flash yang cafe-cafe-an.

Mengganti paket dengan a la carte

Penjual pulsa (handphone) akan lebih senang bisa berjualan 10 voucher pulsa isi ulang senilai Rp 10.000 daripada menjual 1 voucher yang nilainya Rp 100.000. Ini karena untung 10 kali jauh lebih oke daripada sekali jual dengan untung yang sama. Dengan menyediakan paket "ketengan", diharapkan akan lebih banyak transaksi yang terjadi, menghindari terlalu menumpuknya stok barang di gudang/persediaan.

Display barang di lokasi yang strategis

Seberapa sering kita butuh baterai non-rechargeable? Biasanya jarang. Mungkin karena kita nggak perlu, atau sudah punya baterai yang bisa di-charge ulang. Tapi, kalau diperhatikan, di supermarket-supermarket besar, di dekat posisi kasir, selalu ditampilkan baterai. Mengapa harus baterai? Karena pihak supermarket ingin "transaksi" baterai meningkat. Sama seperti permen karet, silet cukur, dll yang harganya tak seberapa tapi membuat orang akan berpikir "Kayaknya butuh nih" atau "Sambil nunggu antrian enak kali ya beli Nu Green Tea" (sorry sebut merk..)

Hindari kredit macet dengan membatasi piutang

Kalau pelanggan sudah terbiasa ngebon, itu pertanda bisnis makin kusut. Kalau mau ngebon lagi, yang lama harus sudah lunas dulu. Mengapa? Karena perputaran uang kas Anda jadi terbatas. Semakin banyak yang ngebon, maka semakin kecil peluang untuk bisa membeli barang dari distributor lagi. Artinya, ada waktunya stok habis namun permintaan banyak. Prioritaskan buat orang-orang yang bayar cash.

"Maaf, kami nggak jualan barang itu" VS "Maaf, stoknya lagi kosong"

Jangan pernah bilang "kami nggak jual barang itu", tapi bilang aja "barangnya lagi habis".
Barangnya lagi kosong
Ini berguna buat mengesankan bahwa kita memang menjual barang tersebut (kalau yang nanyain banyak, besok ambil di distributor), dan supaya membantu perputaran kas (supaya besok-besok kalau dapet cash bisa tahu mau ambil barang apa yang paling laku). Contoh saja, kalau kita tanya model hape tertentu di Roxy (pasar handphone terbesar se-Asia Tenggara), nggak akan pernah dapet jawaban "nggak ada". Itu yang jual pasti telpon sana-sini cari barangnya, kalau ketemu harganya di-markup dikit (alias jadi makelar dadakan).

Sekali-sekali jual rugi daripada barang busuk di dalem

Saya tahu sebuah toko roti yang kalau lewat jam 9 malam, selalu kasih diskon 50% untuk semua jenis roti. Mengapa? Pilihannya cuma 2 : rugi besar karena roti nggak mungkin bisa dijual besok pagi, atau cut loss malam ini di harga jauh lebih murah supaya pelanggan lebih banyak datang. Diskon 50% pun nggak jelek-jelek amat, dan bukan berarti kita rugi 50%. Misal harga awal 10ribu, modal kan pasti nggak 10ribu, katakan cuma 7500. Nah, dijual goceng (5000), cuma rugi 2500, alias 33%. Anggap saja sedekah, buang sial.

Saya rasa itu beberapa tips untuk meningkatkan turn over. Silahkan kalau ada yang ingin ditambahkan.

A programmer living in Indonesia. More

1 komentar so far

tukang bakso dulu kalau dagangannya masih sisa, pulangnya bakal dibagi-bagikan ke tetangga. keren sekali.

Silakan berkomentar, insya Allah akan kami jawab. Terima kasih