Kata Lain Diskon

Berikut kata-kata yang biasanya digunakan pihak marketer dalam memasarkan barang konsumsi. Biasanya memang untuk event-event tertentu seperti di dalam pusat perbelanjaan, kita (calon pembeli) sudah dikondisikan untuk "menelan" segala macam bentuk promosi dari pihak mall atau counter atau outlet.

discount


Sebagai contoh, misalnya soal arsitektur mall yang memukau (terkesan kalau belanja di mall meningkatkan gengsi dan "prestige"), posisi tangga otomatis (eskalator) yang dibuat supaya kita berjalan memutar dan melihat semua counter (tidak ada counter yang tidak dilewati pengunjung), sampai interior gedung yang membuat kita bingung dan tersesat. Bila kita terlalu lama berjalan melewati sekian banyak counter, dan akhirnya capek sendiri, mau tidak mau kita akan mencari food court atau masuk ke counter yang menyediakan tempat duduk.

Diskon atau potongan harga, menjadi salah satu sarana marketing dalam mempromosikan produk perusahaan, juga semakin lama semakin "berevolusi" gayanya. Kita sering melihat bentuk-bentuk diskon dengan kata-kata yang berbeda. Berikut kata lain diskon atawa potongan harga yang saya bisa kumpulkan.

Beli 1 gratis 1

Pada dasarnya ini adalah diskon 50%. Bedanya, penjual akan meningkatkan jumlah sales dengan "menghabiskan" barang dagangannya. Model diskon seperti ini biasanya untuk meningkatkan turn over (dibahas dalam tulisan berbeda) atau sekadar "cuci gudang".

Diskon 50% + 20%

Pada awalnya saya berpikir ini diskon yang sama dengan diskon 70%. Tapi ternyata ini proses terpisah, setelah didiskon 50% baru barang dikurang lagi dengan diskon 20%. Jika X adalah harga awal, diskon pertama adalah a dan diskon kedua adalah b, maka yang dimaksud dengan kalimat marketing di atas adalah diskon total = aX + b(X-aX) = aX + bX - abX = aX + bX(1-a). Atau dengan contoh di atas, diskon total menjadi 50% + 20%(1-50%) = 60% alias lebih kecil daripada 70%.

Voucher 100ribu

Mengapa rata-rata memberi voucher bukan sekadar uang tunai saja? Karena pada dasarnya nilai intrinsik sebuah voucher tidak akan lebih daripada nominalnya. Jadi, voucher senilai Rp 100ribu pasti nilainya lebih kecil daripada uang tunai senilai Rp 100ribu.

Bayar 12 bulan gratis 1 bulan

Loyalitas itu penting dan perlu bagi pedagang, oleh sebab itu untuk kelas jasa, biasanya bayar 12 bulan lebih murah (per bulannya) daripada bayar 6 bulanan atau per bulan. Konsumen dituntut untuk lebih loyal dan sebagai hadiahnya harganya bisa turun sedikit daripada yang seharusnya. Misalkan harga berlangganan koran sebulan 50ribu. Namun bila ikut 10 bulan, biayanya jadi Rp 450ribu. Menghemat Rp 50ribu atau 10%. Tapi, bagaimana kalau kalimat marketingnya diubah menjadi "bayar 10 bulan dan tambahan gratis sebulan"? Kita lihat, bayar 10 bulan = Rp 500.000, yang seharusnya Rp 550.000 (11 bulan kali Rp 50ribu). Ini tidak sama (alias lebih kecil) daripada diskon 10%, karena jumlah potongan (Rp 50ribu) dibagi total Rp 550ribu, hanya 9.09% saja.

Up To

Ini sih sudah basi, tapi masih sering dipakai untuk menyasar konsumen yang gila diskon. "Up To" mengindikasikan nilai maksimum yang mungkin. Jadi kalau ada minimal 1 item pakaian saja yang didiskon 90%, sedangkan sisanya hanya diberi diskon 20%, promo ini tidak bohong, hanya mengelabui pikiran bawah sadar kita.

CashBack

Pada dasarnya ini juga adalah potongan harga. Bedanya, cashback adalah semacam pengembalian potongan dalam bentuk tunai namun setelah kita melakukan pembayaran. Cashback ini ada yang bisa dinikmati langsung (seperti promo baju batik di Pasaraya Grande baru-baru ini), atau dinikmati setelah periode tertentu (seperti mileage atau poin kartu kredit). Dengan adanya cashback, penjual biasanya juga bermaksud untuk membedakan kelas pembeli (yang mampu dan separuh mampu) dan juga "menunda" pemberian diskon.

***

Sebenarnya masih banyak lagi kalimat-kalimat marketing yang gunanya untuk "menipu" pemikiran kita tentang harga. Kita, sebagai konsumen, akan berusaha mencari cara untuk berhemat, namun tidak ingin pula dibodohi kata-kata marketing yang menyesatkan. Semoga bermanfaat.

A programmer living in Indonesia. More

5 komentar

ana rega ana rupa, kata orang jawa

kalau tidak sesuai dengan pepatah di atas, maka kemungkinan adalah trik atau tipuan belaka

"If it's too good to be true, it's a scam"

melisaanggeraini Maret 04, 2015 8:36 PM

aku juga dung

Ooh begituh trik n trik nyah

Ooh begituh trik n trik nyah tks ya bro aku baru paham..

Silakan berkomentar, insya Allah akan kami jawab. Terima kasih